Jumat, 07 Agustus 2015

Hitam.


Ku duduk di sudut ruangan seperti malam-malam lalu
Tumpukan kertas menggenangi meja belajarku
Pena mengangguk-angguk
Mengukir kata dengan cipratan tinta


"Kau menulis apa?" tanyamu
Ku mendongak menatap matamu dengan sorot kosong
Lalu ku tersenyum
Dengan senyuman paling kering
Sekering ranting pohon jambu yang meranggas
"Puisi," kataku kemudianlalu menulis lagi.


"Kenapa di atas kertas hitam?" tanyamu.
Ku mendongak sambil menarik nafas berat
"Eweuh kertas deui," jawabku.


Ini puisi hitam
Sehitam bengeutku yang hinyai
Sehitam asa yang perlahan mati
Sehitam cinta yang hampir busuk
Sehitam malam-malam panjang penantianku
Akan dirimu yang tak pernah berakhir pelangi
Hujan wae sih, teu ereun-ereun
Guludug pula
Rungsing!


"Aku tidak mengerti," ucapmu.
Ku menatapmu nanar dengan bola mataku yang kelabu
"Karena kau tidak pernah berusaha untuk mengerti," jawabku


Kau menjadi demikian hitam dalam hidupku
Hingga segalanya muram dan tak terbaca.


"Maafkan aku," katamu penuh sesal.
Aku menggeleng
Terlambat, puisi ini hampir usai.

1 komentar:

  1. Ini asli puisinya bikinan sendiri yaa? hebat.. hehe lanjutkan yaaa.. :)

    BalasHapus